Imbas Kebijakan Trump, Seluruh Karyawan VOA Diberhentikan Sementara
Washington: Seluruh karyawan full time di kantor berita Voice of America (VOA) secara resmi diberhentikan sementara setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengeluarkan perintah eksekutif yang membekukan anggaran lembaga tersebut. Keputusan ini berdampak luas pada operasi lembaga penyiaran internasional terbesar yang didanai pemerintah AS tersebut.
Crystal G. Thomas, Direktur Sumber Daya Manusia di US Agency for Global Media (USAGM), badan yang mengawasi VOA serta beberapa lembaga penyiaran lain, telah mengirimkan pemberitahuan kepada seluruh karyawan full time. Dalam email tersebut, Thomas mengonfirmasi bahwa mulai hari Sabtu, seluruh staf VOA tidak diizinkan mengakses kantor pusat di Washington DC.
Kebijakan ini tidak hanya berdampak pada jurnalis dan manajer senior, tetapi juga menghentikan pekerjaan para pekerja lepas, kontributor, dan staf kontrak yang masa kerjanya berakhir di bulan Juni. Sejumlah karyawan bahkan diminta kembali ke rumah saat mereka sedang dalam perjalanan menuju kantor.
Imbas Perintah Eksekutif Trump
Langkah ini diambil setelah Trump menandatangani perintah eksekutif pada Jumat, 14 Maret, yang memerintahkan pemangkasan anggaran besar-besaran di USAGM dan enam lembaga lainnya.
“Entitas semacam itu harus mengurangi pelaksanaan fungsi hukum dan personel terkait hingga batas minimum yang diizinkan oleh undang-undang,” bunyi perintah eksekutif Trump, seperti dikutip Anadolu Agency, Senin 17 Maret 2025.
Selain Voice of America, USAGM juga membekukan pendanaan untuk Radio Free Europe/Radio Liberty dan Radio Free Asia. Akibatnya, siaran di beberapa wilayah strategis seperti Eropa Timur, Rusia, Ukraina, Tiongkok, dan Korea Utara turut terhenti.
Kekecewaan di Internal Voice of America
Michael Abramowitz, Direktur Voice of America, menyatakan kekecewaannya atas keputusan tersebut. Dalam unggahan di LinkedIn, ia mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap masa depan lembaga penyiaran yang telah beroperasi selama lebih dari delapan dekade itu.
“Saya sangat sedih bahwa untuk pertama kalinya dalam 83 tahun, Voice of America dibungkam,” tulis Abramowitz.
Ia juga mengungkapkan bahwa lebih dari 1.300 jurnalis, produser, dan staf pendukung lainnya telah diberhentikan sementara, termasuk dirinya sendiri.
“Saya mengetahui pagi ini bahwa hampir seluruh staf Voice of America telah ditempatkan dalam cuti administratif mulai hari ini. Saya pun mengalami hal yang sama,” tambahnya.
Abramowitz mengakui adanya kebutuhan reformasi di VOA dan menyatakan bahwa berbagai upaya perbaikan telah dilakukan.
Namun, ia menilai bahwa penghentian operasional ini justru menghambat misi utama lembaga tersebut di tengah gencarnya upaya disinformasi yang disebarkan oleh negara-negara pesaing seperti Iran, Tiongkok, dan Rusia.
Dampak Lebih Luas pada Penyiaran Global
Kebijakan pemangkasan dana ini memicu kekhawatiran terkait hilangnya salah satu sumber informasi independen di kawasan-kawasan yang menghadapi sensor ketat. VOA selama ini berperan sebagai sumber berita yang memberikan perspektif alternatif di negara-negara dengan kontrol informasi yang ketat.
Meski Gedung Putih belum memberikan tanggapan resmi terkait kritik tersebut, langkah Trump memotong anggaran lembaga penyiaran publik di tengah meningkatnya tensi geopolitik global memunculkan pertanyaan tentang masa depan kebebasan pers yang didanai pemerintah AS.
Hingga saat ini, belum ada kejelasan apakah pemotongan anggaran ini bersifat sementara atau akan menjadi langkah permanen dalam kebijakan administrasi Trump terhadap lembaga-lembaga media yang beroperasi di bawah USAGM. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Trump Bekukan Media yang Didanai AS, Termasuk VOA dan Radio Free Asia