Kepercayaan Konsumen Anjlok, Ekonomi RI Bakal Susah Tumbuh 5%
Jakarta: Kepercayaan konsumen Indonesia kembali melemah pada Maret 2025, turun ke level 121,1 dari 126,4 pada Februari. Ini merupakan penurunan bulanan ketiga berturut-turut dan mencerminkan level terendah sejak Oktober 2024.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi mengatakan, penurunan tersebut menegaskan tekanan nyata terhadap daya beli rumah tangga.
“Ini bukan sekadar fluktuasi musiman, melainkan tren yang mengindikasikan menyusutnya kelas menengah dan meningkatnya beban biaya hidup, terutama di wilayah perkotaan,” kata Fithra, Selasa, 15 April 2025.
Berdasarkan data, seluruh enam subkomponen indeks mengalami pelemahan. Persepsi konsumen terhadap ketersediaan pekerjaan anjlok 8,3 poin menjadi 125,9. Pandangan terhadap kondisi pekerjaan dibandingkan enam bulan lalu juga merosot ke 100,3, nyaris menyentuh ambang netral.
“Ini menunjukkan meningkatnya ketidakamanan pekerjaan, yang tentu berdampak pada sikap konsumen terhadap pengeluaran,” ujar Fithra.
Komponen yang berwawasan ke depan juga melemah. Indeks prospek ekonomi turun tujuh poin ke 131,7, sedangkan ekspektasi pendapatan enam bulan ke depan turun 6,3 poin menjadi 137,0. Subindeks kondisi ekonomi saat ini bahkan menyentuh 110,6, mencerminkan kekhawatiran pada keuangan jangka pendek rumah tangga.
Meski demikian, ekspektasi pendapatan saat ini justru naik tipis 1,4 poin ke 121,3. Fithra menilai ini bisa disebabkan oleh bonus musiman atau penyesuaian upah minimum. “Tapi itu lebih bersifat temporer dan belum cukup kuat untuk membalikkan tren pelemahan secara keseluruhan,” terang dia.
Baca juga: Ini Biang Kerok yang Bikin Banyak Masyarakat Ogah Mudik Lebaran |
(Ilustrasi. Foto: Freepik)
Ekonomi RI cuma bisa tumbuh di bawah 5%
Fithra menambahkan, penurunan keyakinan konsumen akan berisiko menekan konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Dengan tekanan nilai tukar rupiah, stagnasi upah riil, dan kecenderungan masyarakat menahan belanja untuk menabung, kita bisa melihat perlambatan yang lebih dalam pada sektor ritel dan jasa,” kata dia.
Jika tren itu terus berlanjut, imbuh Fithra, pertumbuhan ekonomi nasional berisiko turun di bawah lima persen pada tahun ini. “Ini bukan sekadar sinyal waspada, tapi panggilan untuk merespons dengan kebijakan yang mendukung daya beli dan ketahanan ekonomi rumah tangga,” tegas dia.