Fakta-fakta Penangkapan Rodrigo Duterte: dari Kedatangan di Manila hingga Prosedur di Camp Crame
Jakarta: Mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, resmi ditangkap setibanya di Manila setelah kembali dari liburannya di Hong Kong. Penangkapannya dilakukan di Bandara Internasional Ninoy Aquino (NAIA) dengan pengamanan ketat oleh aparat kepolisian dan pejabat tinggi Filipina.
Duterte menghadapi kemungkinan tuntutan pidana terkait kebijakan perang terhadap narkoba yang dijalankannya selama masa kepemimpinannya. Kebijakan kontroversial ini membawa Duterte ke tampuk kekuasaan pada 2016, tetapi juga mengundang kritik tajam dari dalam dan luar negeri, terutama dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) yang menuduhnya melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Penangkapan ini semakin menjadi perhatian dunia setelah beredar laporan bahwa Organisasi Polisi Kriminal Internasional (Interpol) telah mengeluarkan Red Notice terhadap Duterte. Dengan adanya peringatan ini, langkah hukum terhadap Duterte bisa melibatkan lebih dari sekadar otoritas Filipina, tetapi juga kerja sama penegak hukum internasional.
Berikut fakta-fakta lengkap terkait penangkapan Duterte:
1. Pengamanan Ketat di Bandara NAIA
Duterte tiba di Manila pada Selasa pagi, 11 Maret 2025, dengan penerbangan Cathay Pacific CX907. Kedatangannya disambut oleh pasukan keamanan dalam jumlah besar di Terminal 3 NAIA. Beberapa pejabat tinggi yang turut hadir di antaranya Kepala Kepolisian Nasional Filipina (PNP), pejabat dari Departemen Kehakiman, serta anggota Kelompok Investigasi dan Deteksi Kriminal (CIDG).
Tak hanya itu, anggota Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) juga dilaporkan hadir di Gerbang Kedatangan 116 Terminal 3, mengindikasikan hubungan kasus ini dengan investigasi dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam perang melawan narkoba yang dilakukan Duterte semasa menjabat.
2. Surat Perintah Penangkapan dari Utusan Khusus Presiden
Dikutip Manile Times, sebuah sumber kepolisian menyebutkan bahwa surat perintah penangkapan terhadap Duterte diserahkan langsung oleh Anthony Alcantara, utusan khusus untuk Kejahatan Transnasional di bawah Kantor Presiden.
Saat surat tersebut diserahkan, Duterte merespons dengan pernyataan keras: “Anda harus membunuh saya.” Namun, ia tetap mengikuti prosedur penangkapan tanpa perlawanan.
3. Dugaan Keterlibatan Interpol dengan Red Notice
Beredar laporan bahwa Organisasi Polisi Kriminal Internasional (Interpol) telah mengeluarkan Red Notice terhadap Duterte. Pemberitahuan ini berfungsi sebagai sinyal internasional bagi lembaga penegak hukum di berbagai negara bahwa Duterte dicari untuk dituntut atau menjalani hukuman atas dugaan pelanggaran.
Meski otoritas Filipina belum secara resmi mengungkapkan tuduhan spesifik, kuat dugaan bahwa kasus ini berkaitan dengan investigasi ICC mengenai kejahatan terhadap kemanusiaan selama operasi antinarkoba Duterte.
4. Proses Lanjutan di Camp Crame
Setelah ditangkap di NAIA, Duterte langsung dikawal menuju markas Kepolisian Nasional Filipina di Camp Crame untuk menjalani prosedur dokumentasi lebih lanjut. Keberadaan Duterte di markas kepolisian ini menjadi bagian dari tahapan hukum yang akan dijalaninya dalam beberapa waktu ke depan.
5. Latar Belakang Investigasi ICC
Kasus yang menjerat Duterte berawal dari kebijakan perang terhadap narkoba yang menjadi ciri khas pemerintahannya sejak 2016. ICC membuka investigasi pada September 2021 setelah menemukan bukti adanya ribuan pembunuhan di luar hukum dalam operasi antinarkoba di Filipina. Pengadilan menilai bahwa pola pembunuhan tersebut bersifat sistematis dan berpotensi masuk dalam kategori kejahatan terhadap kemanusiaan.
Kini, penangkapan Duterte menjadi babak baru dalam penyelidikan internasional yang selama ini berlangsung, dengan kemungkinan tuntutan pidana yang akan segera dihadapinya.