Prosesi Konklaf, Tradisi Berabad-abad untuk Pilih Paus yang Baru
Jakarta: Dunia berduka atas kabar wafatnya Paus Fransiskus, yang diumumkan oleh Takhta Suci Vatikan pada Senin pagi, 21 April 2025 waktu setempat. Bagaimana prosesi dan yang akan dilakukan oleh Vatikan untuk pilih Paus yang baru?
Sebelumnya kabar meninggalnya Paus Fransiskus disampaikan langsung oleh Kardinal Kevin Farrell selaku Kamerarius Apostolik, dari kediaman Paus di Casa Santa Marta.
“Saudara-saudari terkasih, dengan hati yang diliputi kesedihan, saya mengumumkan bahwa Bapa Suci kita, Fransiskus, telah wafat. Pada pukul 07.35 pagi ini, Uskup Roma, Fransiskus, telah kembali ke rumah Bapa,” ucap Kardinal Farrell.
“Ia mendedikasikan seluruh hidupnya untuk pelayanan kepada Tuhan dan Gereja. Beliau mengajarkan kita arti sejati dari Injil: kesetiaan, keberanian, dan kasih yang menjangkau mereka yang paling miskin dan terpinggirkan. Dengan penuh syukur atas keteladanannya sebagai murid Kristus, kami menyerahkan jiwanya kepada kasih dan belas kasihan Allah Tritunggal Mahakudus,” dikutip dari Vatican News.
Dengan wafatnya Paus Fransiskus, Gereja Katolik kini memasuki masa sede vacante, yakni periode ketika takhta kepausan kosong. Untuk memilih pengganti Paus, prosesi konklaf akan segera digelar.
Apa Itu Konklaf?
Konklaf adalah proses resmi pemilihan Paus baru oleh para kardinal Gereja Katolik Roma yang berhak memilih. Istilah “konklaf” berasal dari bahasa Latin cum clave, yang berarti “dengan kunci” — menggambarkan praktik mengisolasi para kardinal di dalam Kapel Sistina agar mereka dapat berdiskusi dan memilih secara bebas, tanpa campur tangan dari luar.
Tahapan Konklaf
- Masa Sede Vacante
Setelah Paus wafat atau mengundurkan diri, takhta kepausan dinyatakan kosong. Tugas administratif Gereja selama masa ini diemban oleh Kamerarius (Camerlengo), hingga Paus baru terpilih. - Pemanggilan Kardinal Pemilih
Para kardinal yang berusia di bawah 80 tahun dipanggil ke Vatikan. Mereka mengikuti serangkaian pertemuan pendahuluan yang disebut kongregasi umum, sebagai persiapan menjelang konklaf. - Masuknya ke Kapel Sistina
Dengan khidmat, para kardinal berjalan dalam prosesi menuju Kapel Sistina. Diiringi nyanyian Veni Creator Spiritus, mereka memohon bimbingan Roh Kudus sebelum proses dimulai. Setelah itu, area konklaf dikunci dan terputus dari dunia luar. - Sumpah dan Penguncian
Para kardinal bersumpah menjaga kerahasiaan pemilihan dan tidak akan terpengaruh pihak luar. Setelah semua orang non-kardinal keluar, seruan “Extra omnes!” dikumandangkan, menandai dimulainya konklaf secara resmi. - Pemungutan Suara
Setiap hari bisa dilakukan hingga empat kali pemungutan suara. Kardinal menuliskan nama calon pilihan, lalu memasukkan surat suara ke dalam wadah khusus di altar. - Asap Hitam dan Putih
Jika belum ada calon yang mendapat dua pertiga suara, hasil suara dibakar dan menghasilkan asap hitam (fumata nera). Jika sudah terpilih, asap putih (fumata bianca) mengepul sebagai tanda terpilihnya Paus baru. - Penerimaan dan Pengumuman Paus Baru
Kardinal terpilih diminta menyatakan kesediaannya dan memilih nama kepausan yang akan ia gunakan. Setelah itu, ia tampil di balkon Basilika Santo Petrus untuk pertama kalinya sebagai Paus baru, diiringi pengumuman resmi: “Habemus Papam!” — “Kita memiliki Paus!”
Makna Mendalam Konklaf
Konklaf bukan sekadar proses administratif, melainkan momen spiritual yang penuh makna.
Para kardinal berdoa dan bermeditasi, mencari bimbingan Ilahi untuk memilih gembala yang tepat bagi umat Katolik di seluruh dunia. Dalam tradisinya yang berabad-abad, konklaf menjadi simbol kelanjutan, kesatuan, dan kekudusan Gereja Katolik.